Wajahnya selalu tampak gembira, tak
pernah ia terlihat perasaan sedih. Senyum ramah dan wajah riang selalu ia
perlihatkan kepada setiap pelanggannya. Hari-harinya ia jalani dengan penuh
semangat. Tak pernah ia mengeluh apalagi berputus asa. Ia selalu menjalankan
pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun usaha yang ia jalani tidak selalu
membuahkan hasil. Baginya apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan
sebaik mungkin.
Ya, inilah sekilas tentang sosok Sum yang berprofesi sebagai penjual pecel
ayam. Sum adalah seorang perantau
dari Karanganyer, Jawa Tengah. Perempuan yang berusia 50 tahun ini merupakan sosok seorang Ibu yang mempunyai cita-cita tinggi untuk
mendidik anak sematawayangnya,
Tias Anggoro Wati. Sakitnya kehidupan di perantauan, tak membuat perempuan
ini lupa akan pentingnya sebuah pendidikan. Keinginan yang keras demi melihat anaknya mendapat pendidikan yang layak dan
mendapat ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar dalam hidupnya. Sedikit demi sedikit
uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah Sum dapat membiayai kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah anaknya
sampai ke perguruan tinggi.
Kesadaran akan sebuah
pendidikan, merupakan hal utama yang membuat Sum banting tulang untuk mencukupi
kebutuhan perkuliahan anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, Untungnya dia mempunyai anak yang cerdas, sehingga dia
tidak perlu memikirkan uang semester anaknya.
“Ya, mau gak
mau harus cukup. Terkadang saya merasa kesulitan mendapatkan uang untuk
membiayai kuliah anak saya, untungnya adik saya yang ada di Adabiah mau
membantu, dan syukurnya lagi, anak saya itu, Tias, mendapat beasiswa. Saya
sangat bangga dengan anak saya itu, dari awal dia kuliah, sampai sekarang
semester 5, alhamdulillah dia selalu dapat IP 4,00 ”, ujar Sum.
Kehidupan
sebagai seorang single parens memang
tidak mudah. Semenjak suaminya meninggal, dia berusaha sendiri membanting
tulang, mencari nafkah untuk anaknya. Demi melanjutkan cita-cita sang suamilah kegigihannya itulah, menghantar dia ke kota
Padang ini. Dia rela meninggalkan kampung halamnnya, demi masa depan anak yang
dia cintai.
“setelah suami
saya meninggal, dan anak saya lulus SMA, saya dan anak saya merantau ke kota
Padang ini, karena saya harus mencari nafkah sendiri untuk anak saya. Saya
diajak oleh adik aya yang sudah sukses berdagang P&D di Padang. Kalau tidak
ada dia, saya tidak akan berani. Awalnya dulu saya membuka warung makanan di
Pasar Raya. saya merasa kurang nyaman berjualan disana. Kebetulan adik saya
menawarkan satu ruko yang tidak jadi dipakai anaknya kepada saya. Ya, akhirnya
tanggal 20 September 2012, kami menempati ruko ini.” jelas Sum.
Sekarang ini Tias menjadi harapan Sum satu-satunya, untuk mengubah kehidupannya. Begitu
besar harapan Sum kepada
Tias agar menjadi orang yang sukses, karena itu juga merupakan citi-cita sang ayah, semasa
hidup dulu.
How to Play Baccarat – How to Play the - FBCasino
BalasHapusHere you will find everything you need to know about Baccarat. Baccarat 제왕 카지노 is a 인카지노 gambling game that combines 바카라사이트 the chance of winning