Jumat, 22 Maret 2013

MERINTIS ASA DEMI ANAK SEMATA WAYANG



Wajahnya selalu tampak gembira, tak pernah ia  terlihat perasaan sedih. Senyum ramah dan wajah riang selalu ia perlihatkan kepada setiap pelanggannya. Hari-harinya ia jalani dengan penuh semangat. Tak pernah ia mengeluh apalagi berputus asa. Ia selalu menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun usaha yang ia jalani tidak selalu membuahkan hasil. Baginya apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik mungkin.
Ya, inilah sekilas tentang sosok Sum yang berprofesi sebagai penjual pecel ayam. Sum adalah seorang perantau dari Karanganyer, Jawa Tengah. Perempuan yang berusia 50 tahun ini merupakan sosok seorang Ibu yang mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik anak sematawayangnya, Tias Anggoro Wati. Sakitnya kehidupan di perantauan, tak membuat perempuan ini lupa akan pentingnya sebuah pendidikan. Keinginan yang keras demi melihat anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar dalam hidupnya. Sedikit demi sedikit uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah Sum dapat membiayai kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah anaknya sampai ke perguruan tinggi.
Kesadaran akan sebuah pendidikan, merupakan hal utama yang membuat Sum banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, Untungnya dia mempunyai anak yang cerdas, sehingga dia tidak perlu memikirkan uang semester anaknya.
“Ya, mau gak mau harus cukup. Terkadang saya merasa kesulitan mendapatkan uang untuk membiayai kuliah anak saya, untungnya adik saya yang ada di Adabiah mau membantu, dan syukurnya lagi, anak saya itu, Tias, mendapat beasiswa. Saya sangat bangga dengan anak saya itu, dari awal dia kuliah, sampai sekarang semester 5, alhamdulillah dia selalu dapat IP 4,00 ”, ujar Sum.
Kehidupan sebagai seorang single parens memang tidak mudah. Semenjak suaminya meninggal, dia berusaha sendiri membanting tulang, mencari nafkah untuk anaknya. Demi melanjutkan cita-cita sang suamilah  kegigihannya itulah, menghantar dia ke kota Padang ini. Dia rela meninggalkan kampung halamnnya, demi masa depan anak yang dia cintai.
“setelah suami saya meninggal, dan anak saya lulus SMA, saya dan anak saya merantau ke kota Padang ini, karena saya harus mencari nafkah sendiri untuk anak saya. Saya diajak oleh adik aya yang sudah sukses berdagang P&D di Padang. Kalau tidak ada dia, saya tidak akan berani. Awalnya dulu saya membuka warung makanan di Pasar Raya. saya merasa kurang nyaman berjualan disana. Kebetulan adik saya menawarkan satu ruko yang tidak jadi dipakai anaknya kepada saya. Ya, akhirnya tanggal 20 September 2012, kami menempati ruko ini.” jelas Sum.
Sekarang ini Tias menjadi harapan Sum satu-satunya, untuk mengubah kehidupannya.  Begitu besar harapan Sum kepada Tias agar menjadi orang yang sukses, karena itu juga merupakan citi-cita sang ayah, semasa hidup dulu.

1 komentar:

  1. How to Play Baccarat – How to Play the - FBCasino
    Here you will find everything you need to know about Baccarat. Baccarat 제왕 카지노 is a 인카지노 gambling game that combines 바카라사이트 the chance of winning

    BalasHapus